Source issuu.com
Pengertian Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan merupakan cabang filsafat yang membahas tentang masalah-masalah pendidikan, baik mencakup aspek teoritis maupun praktisnya. Filsafat pendidikan menjadi sangat penting untuk di kaji karena ia memberikan landasan atau dasar dalam pembentukan konsep-konsep dan praktek pendidikan itu sendiri.
Menurut Immanuel Kant, filsafat pendidikan merupakan suatu ilmu sebab akal, yang menyebarluaskan segala prinsip-prinsip dan konsep-konsep moral pada segala kegiatan pendidikan. Konsep-konsep moral tersebut bertujuan untuk menumbuhkan kebaikan dalam diri individu manusia sehingga ia mampu menciptakan harmoni sosial bersama masyarakat.
Sementara itu menurut para ahli, filsafat pendidikan mencakup beberapa hal yang harus dipahami secara komprehensif. Pertama, filsafat pendidikan harus mengenai gagasan-gagasan dasar mengenai tujuan, bentuk, dan substansi pendidikan. Kedua, filsafat pendidikan membahas fungsi dan peran pendidikan dalam pembentukan karakter, pengetahuan, dan keterampilan individu manusia. Ketiga, filsafat pendidikan harus menyelesaikan masalah-masalah moral lainnya sehubungan dengan pendidikan, seperti keadilan dan kebebasan individu dalam lingkungan pendidikan.
Filsafat pendidikan menurut para ahli di Indonesia juga memiliki pandangan yang berbeda-beda. Salah satu filosof pendidikan terkenal di Indonesia adalah Ki Hadjar Dewantara. Menurutnya, pendidikan harus dimulai dari memastikan kebebasan individu secara penuh. Dalam pandangannya, manusia yang bebas akan mampu mengambil keputusan dengan bijaksana dan bertanggung jawab atas tindakan yang dihasilkan. Kebebasan individu juga memiliki peran penting dalam meningkatkan kreativitas dan inovasi pada individu itu sendiri.
Sementara itu, pendapat lain datang dari Soedjatmoko, seorang filosof pendidikan Indonesia yang memperjuangkan pendidikan sebagai sarana untuk mereformasi masyarakat. Ia menganggap bahwa pendidikan seharusnya mengurangi ketimpangan sosial dan melahirkan kelas sosial yang hanya berbeda secara individu, namun memiliki kesetaraan sosial yang sama.
Salah satu pakar filsafat pendidikan lain dari Indonesia adalah Prof. Dr. Paulus Wirutomo. Menurutnya, pendidikan adalah sebuah investasi jangka panjang bagi seseorang dan masyarakat pada umumnya. Dalam pandangannya, investasi ini dilakukan pada tahap individu agar mereka memiliki keterampilan dan ilmu pengetahuan yang dapat menunjang kehidupan yang lebih baik, serta pada tahap sosial sebagai investasi yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pendapat lain datang dari Ki Bagus Hadikusumo yang menegaskan pentingnya pendidikan dalam membentuk manusia menjadi pribadi yang berkualitas. Menurutnya, pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam membentuk kepribadian manusia. Pilihan metode pendidikan menjadi hal yang penting dalam pengembangan pendidikan, di mana perlu dipilih metode-metode yang tepat sehingga dapat membentuk individu menjadi pribadi yang berkualitas.
Dalam pandangan Bahktin Tirtawan, filsafat pendidikan harus memperlihatkan bahwa manusia memiliki karya yang keseluruhan dan bukan hanya dilihat secara fragmentasi. Hal ini berarti bahwa pendidikan harus mengajarkan manusia untuk memandang dunia secara utuh, menghargai keberagaman dan bertindak sebagai agen perubahan pada social-politik bahkan pada budaya apapun.
Demikianlah beberapa pandangan para ahli mengenai filsafat pendidikan di Indonesia, meski masing-masing terdapat perbedaan pandangan namun salah satu hal yang pasti jelas, filsafat pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam membentuk masa depan bangsa. Oleh karena itu, filsafat pendidikan harus terus dikaji dan dikembangkan agar dapat menghasilkan praktek pendidikan yang baik dan bermutu di Indonesia.
Sejarah Perkembangan Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan adalah cabang filsafat yang membahas masalah-masalah yang berhubungan dengan pendidikan dan pengajaran. Filsafat pendidikan menjadi penting karena pendidikan memiliki peran yang sangat vital dalam membentuk karakter individu dan mempersiapkan mereka menghadapi situasi sosial yang beragam. Sejak jaman penjajahan, filsafat pendidikan di Indonesia sudah mulai berkembang. Beberapa ahli filsafat Indonesia telah memberikan kontribusi penting dalam perkembangan filsafat pendidikan di Indonesia.
Pada masa Hindia Belanda, bidang pendidikan sangat ditentukan oleh para misionaris dan pejabat kolonial. Pada awalnya, mereka hanya memiliki satu tujuan, yaitu membentuk generasi muda yang sopan dan taat beribadah sesuai dengan keyakinan mereka, namun pada abad ke-19, Indonesia mulai mengalami perubahan dari segi sosial, budaya, dan politik. Muncul inisiatif orang Indonesia untuk mengembangkan sistem pendidikan yang sesuai dengan kepentingan dan nilai-nilai mereka.
Salah satu ahli filsafat Indonesia yang mempunyai pengaruh besar dalam filsafat pendidikan adalah Ki Hajar Dewantara. Ia mendirikan Taman Siswa pada tahun 1922 yang bertujuan untuk menyelenggarakan pendidikan rakyat. Konsep pendidikan yang diusung oleh Ki Hajar Dewantara mengedepankan pembelajaran melalui pengalaman (learning by doing) dan belajar sesuai dengan minat dan bakat peserta didik (school for talent).
Selanjutnya, pada masa revolusi kemerdekaan Indonesia, pemikiran filsafat pendidikan semakin sering dibahas oleh para tokoh nasional seperti Soekarno, Mohammad Yamin dan Buya Hamka. Pada masa tersebut, pembahasan filsafat pendidikan menekankan pada nilai-nilai yang berhubungan dengan moralitas dan perjuangan bangsa. Hal ini tercermin dalam beberapa pendapat para tokoh. Soekarno, misalnya, menekankan bahwa pendidikan adalah alat bagi kemerdekaan. Sedangkan Mohammad Yamin berpendapat bahwa pendidikan adalah jalan menuju kesempurnaan akhlak dan kepribadian.
Setelah kemerdekaan, filsafat pendidikan di Indonesia mengalami perkembangan yang semakin pesat. Perguruan tinggi mulai didirikan dan banyak ahli pendidikan yang mulai berkontribusi dalam perkembangan filsafat pendidikan. Salah satu tokoh penting dalam perkembangan filsafat pendidikan di Indonesia adalah Prof. Dr. Nugroho Notosusanto. Beliau memandang bahwa pendidikan harus digunakan sebagai sarana untuk memperbaiki kondisi sosial dan perkembangan kebudayaan.
Paduan pendidikan dan perubahan sosial adalah tema yang diangkat oleh tokoh filsuf Indonesia Prof. Dr. Arief Budiman. Ia berargumen bahwa pendidikan harus memusatkan perhatiannya pada perubahan sosial. Pendidikan harus mengarahkan siswa agar dapat berpartisipasi langsung dalam perubahan sosial yang positif. Hal ini akan membentuk karakter siswa yang berakhlak baik dan tanggung jawab.
Selain itu, dalam perkembangan filsafat pendidikan, muncul pula gagasan mengenai pendekatan kritis terhadap pendidikan. Gagasan ini dikemukakan oleh sejumlah ahli filsafat pendidikan Indonesia seperti Prof. Dr. Fachruddin Mangunjaya dan Prof. Dr. Suyanto. Mereka memandang bahwa pendidikan tidak hanya tentang penerimaan terhadap ilmu pengetahuan secara sepenuhnya, tetapi juga harus kritis dan mampu memaksimalkan potensi siswa sebagai pengembang kebudayaan.
Secara umum, perkembangan filsafat pendidikan di Indonesia telah mengalami perubahan yang signifikan dari masa ke masa. Berawal dari tujuan misionaris dan saksi kolonial di masa penjajahan, hingga pada masa kemerdekaan yang menekankan moral dan perjuangan bangsa, serta perkembangan pendidikan di masa modern yang mengedepankan kesadaran terhadap perubahan sosial dan pengembangan kebudayaan. Perkembangan filsafat pendidikan di Indonesia menjadi semakin berkembang karena semakin banyaknya para ahli pendidikan yang muncul dan melakukan kontribusi dalam pembahasan mengenai pendidikan dan pengajaran.
Etika dalam Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan memiliki keterkaitan erat dengan etika. Etika dalam filsafat pendidikan adalah kajian tentang apakah yang benar dan salah, baik dan buruk, dan bagaimana seharusnya berperilaku di dalam dunia pendidikan. Konsep etika ini bermula dari pemikiran para ahli filsafat sehingga menghasilkan suatu pandangan yang menguntungkan bagi pendidikan.
Di Indonesia sendiri, para ahli filsafat telah memberikan pandangan penting tentang etika dalam pendidikan. Salah satu di antaranya adalah Ki Hajar Dewantara. Beliau adalah seorang tokoh pendidikan di Indonesia dan juga penggagas pendidikan nasional. Pandangan Ki Hajar Dewantara tentang etika dalam pendidikan adalah bahwa setiap orang harus memiliki karakter moral yang baik karena karakter inilah yang menjadi dasar dalam mencapai sukses. Selain itu, etika dalam pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara terdiri dari sifat-sifat yang harus dimiliki oleh orang yang ingin mendapatkan pendidikan, seperti rasa kejujuran, kesetiaan, keberanian, dan tanggung jawab.
Selain Ki Hajar Dewantara, Gusdur atau Abdurrahman Wahid juga memberikan pandangan penting tentang etika dalam pendidikan. Beliau dikenal sebagai seorang yang sangat peduli dengan masalah-masalah pendidikan. Menurut Gusdur, etika dalam pendidikan harus dijadikan sebagai landasan moral yang kuat dan kokoh bagi setiap orang yang ingin sukses dalam dunia pendidikan. Terlebih lagi, menurut Gusdur orang yang memiliki karakter moral yang kuat akan lebih mudah mencapai tujuan hidupnya.
Adapun pendapat lain mengenai etika dalam pendidikan juga dijelaskan oleh Ki Bagus Hadikusuma. Sayangnya, nama Ki Bagus Hadikusuma belum terlalu dikenal oleh masyarakat luas, padahal pandangan beliau sangatlah penting di dalam dunia pendidikan. Menurut Ki Bagus Hadikusuma, etika dalam pendidikan adalah tentang mengembangkan karakter seseorang agar lebih baik memiliki karakter yang baik. Karakter yang baik ini harus diisi dengan nilai-nilai moral yang mengarah pada sikap-sikap positif, seperti sabar, disiplin, tolong-menolong, dan gotong-royong.
Sementara itu, Menurut Prof. Dr. Kaelan pandangan tentang etika dalam pendidikan adalah tentang mengembangkan karakter moral yang baik bagi siswa. Kaelan sangat peduli dengan kualitas pendidikan di Indonesia dimana etika harus dijadikan sebagai fokus utama dalam pengembangan karakter siswa. Melalui etika, siswa dapat membangun sikap positif, bertanggung jawab dan saling menghargai satu sama lain.
Dari pandangan mereka, dapat diambil kesimpulan bahwa etika dalam filsafat pendidikan sangat penting untuk diaplikasikan di dalam dunia pendidikan. Terutama di Indonesia, di mana pendidikan sangatlah penting dalam pembangunan dan kemajuan negara. Kita tidak bisa hanya mengandalkan kemampuan akademik, tetapi juga harus memperhatikan moralitas anak didik. Etika dalam pendidikan dapat membangun karakter siswa agar lebih baik, bertanggung jawab dan dapat memajukan bangsa di masa depan.
Konsep Pembelajaran dalam Filsafat Pendidikan
Pembelajaran merupakan proses penting dalam pendidikan yang ingin mencapai tujuan-tujuan tertentu. Konsep pembelajaran dalam filsafat pendidikan mencakup beberapa hal seperti tujuan pembelajaran, metode pembelajaran, serta pengertian tentang proses belajar-mengajar yang efektif. Para ahli pendidikan di Indonesia menciptakan konsep pembelajaran yang mengacu pada pendekatan yang humanis, berdasarkan pada filosofi Islam dan filosofi kebudayaan Indonesia.
Filsafat pendidikan Islam menekankan pentingnya pendidikan dalam mencapai tujuan spiritual manusia. Dalam Islam sendiri, pembelajaran merupakan proses yang tidak hanya sekedar menuntut ilmu pengetahuan, tetapi juga mengajarkan akhlak dan nilai-nilai keislaman. Pendidikan Islam di Indonesia selalu berpegang pada konsep Ta’dib, yaitu konsep pendidikan yang mengajarkan adab dan akhlak mulia.
Pada sisi yang lain, filsafat pendidikan kebudayaan Indonesia menonjolkan nilai-nilai budaya lokal dalam pendidikan. Tujuan utamanya adalah mencapai keselarasan dalam hidup manusia dengan alam, manusia lain, dan Tuhan Yang Maha Esa. Konsep pembelajaran dalam filsafat pendidikan kebudayaan Indonesia mencakup pentingnya ilmu pengetahuan, akhlak, dan estetika dalam membuat seseorang menjadi manusia yang sempurna.
Filsafat pendidikan humanis juga berpengaruh besar pada konsep pembelajaran di Indonesia. Konsep ini menganggap bahwa pendidikan akan memberikan dampak positif pada keberadaan manusia secara keseluruhan. Pembelajaran dalam konsep humanis meliputi pengembangan intelektual, afektif, dan psikomotorik siswa. Dalam konsep ini, guru dipandang sebagai fasilitator, sedangkan siswa sebagai subjek belajar yang aktif.
Metode pembelajaran dalam filsafat pendidikan juga bermacam-macam dan sesuai dengan konsep yang dipilih. Misalnya, dalam konsep pendidikan Islam, metode pembelajaran yang digunakan biasanya melibatkan aktivitas belajar terstruktur, lewat ajaran-ajaran tematik dan hafalan. Sedangkan dalam pembelajaran humanis, metode yang digunakan adalah metode diskusi, tanya jawab, penugasan, dan lain sebagainya.
Selain metode, peran guru juga sangat krusial dalam proses pembelajaran. Guru sebagai fasilitator harus mampu memahami karakteristik siswa dan memahami konsep yang diajarkan dengan baik. Guru harus mampu mengikuti perkembangan dan kebutuhan dari siswa, dan memiliki kemampuan dalam mendesain pembelajaran yang membuat siswa tertarik untuk belajar.
Terakhir, tujuan pembelajaran dalam konsep pembelajaran dalam filsafat pendidikan adalah untuk mencapai kecerdasan intelektual, sosial, dan spiritual siswa. Pembelajaran seharusnya memberikan dampak positif bagi ketiga aspek tersebut.
Dalam menyimpulkan, peran filsafat pendidikan penting dalam membentuk konsep pembelajaran di Indonesia. Konsep pembelajaran harus melibatkan berbagai aspek yang mencakup metode, tujuan, dan peran guru dalam proses belajar mengajar. Penting untuk mencari keselarasan dalam memilih konsep pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa dan tujuan pendidikan yang ingin dicapai.
Relevansi Filsafat Pendidikan dalam Implementasi Kurikulum
Filsafat pendidikan merupakan sebuah pandangan dan pemikiran para ahli yang menjadi landasan dalam operasionalisasi ide dan tujuan pendidikan. Filsafat pendidikan dapat memberikan pemahaman yang lebih luas dan dalam tentang pendidikan yang akan dioperasikan. Di Indonesia, para ahli pendidikan telah memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan pendidikan dan implementasi kurikulum dalam sistem pendidikan nasional. Oleh karena itu, sangat penting untuk melihat relevansi filsafat pendidikan dalam implementasi kurikulum. Berikut adalah pembahasan mengenai relevansi filsafat pendidikan dalam implementasi kurikulum menurut para ahli.
1. Konsep Kurikulum dan Relevansi Filsafat Pendidikan
Konsep kurikulum dalam pendidikan memiliki hubungan yang sangat penting dengan filsafat pendidikan. Menurut pendapat beberapa ahli, kurikulum adalah perwujudan dari tujuan dan nilai-nilai pendidikan yang ingin dicapai. Oleh karena itu, kurikulum harus didasarkan pada filsafat pendidikan sebagai dasar filosofis yang mendasarinya. Filsafat pendidikan memberikan pandangan tentang relevansi dan kebutuhan pendidikan dalam mempersiapkan generasi muda dengan karakter yang baik dan berkualitas.
2. Orientasi Kurikulum dan Kesesuaian Dengan Filsafat Pendidikan
Orientasi kurikulum dalam perkembangannya harus sesuai dengan filsafat pendidikan yang dianut oleh negara dan masyarakat. Oleh karena itu, orientasi kurikulum harus selalu dinilai dalam keadaan tertentu untuk melihat apakah kesesuaian kurikulum dan filsafat pendidikan yang dianut sudah terjadi atau masih perlu diperbaiki. Filsafat pendidikan yang tidak sejalan dengan orientasi kurikulum akan merugikan proses belajar mengajar dan mempengaruhi pembentukan karakter siswa.
3. Konsistensi Kurikulum dan Filsafat Pendidikan
Konsistensi dalam pelaksanaan kurikulum perlu diperhatikan agar tujuan dan nilai-nilai pendidikan dapat tercapai. Kurikulum yang konsisten dengan filsafat pendidikan yang dianut akan memudahkan proses belajar mengajar dan pemahaman siswa akan tujuan pendidikan yang ditetapkan. Para ahli pendidikan menekankan pentingnya konsistensi kurikulum dan pentingnya untuk menghindari pengaruh eksternal dalam pelaksanaannya.
4. Evaluasi Kurikulum dan Kesesuaian Dengan Filsafat Pendidikan
Evaluasi kurikulum adalah langkah yang penting dalam pelaksanaan kurikulum. Evaluasi kurikulum harus dilakukan secara berkala untuk memastikan kesesuaian kurikulum dengan filsafat pendidikan. Dalam evaluasi kurikulum, para ahli mengemukakan beberapa aspek yang perlu diperhatikan seperti aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, serta aspek keragaman siswa dan lingkungan sekolah. Evaluasi kurikulum yang baik akan mempertahankan dan meningkatkan konsistensi dan kesesuaian kurikulum dengan filsafat pendidikan yang dianut.
5. Hubungan Kurikulum dan Realitas Sosial-Budaya Indonesia
Persoalan pendidikan yang disesuaikan dengan realitas sosial budaya yang berkembang di Indonesia perlu menjadi perhatian dalam pelaksanaan kurikulum. Kurikulum harus memperhatikan budaya dan nilai-nilai Indonesia yang beraneka ragam dan kompleks. Filsafat pendidikan Indonesia dapat menjadi panduan dalam pembentukan kurikulum yang sesuai dengan kultur dan nilai bangsa, serta kondisi lingkungan sekitar. Pendidikan harus mampu mempersiapkan semua elemen masyarakat dalam berperan aktif serta menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh negara dan masyarakat.
Dalam perkembangan pendidikan di Indonesia, pengembangan kurikulum selalu menjadi fokus utama. Relevansi filsafat pendidikan menjadikan kurikulum sebagai sarana dalam mencapai tujuan dan misi pendidikan. Oleh karena itu, penting bagi semua elemen yang terlibat dalam pendidikan untuk memperhatikan relevansi filsafat pendidikan dalam implementasi kurikulum agar tujuan pendidikan dapat tercapai sesuai dengan harapan dan kebutuhan masyarakat.