Source david-pranata.com
Pentingnya Komunikasi Efektif Empatik dan Santun dalam Pengajaran
Komunikasi yang efektif dan santun terhadap peserta didik adalah hal penting yang harus diterapkan oleh setiap guru. Seiring dengan perkembangan jaman, cara mengajar yang hanya dengan memberikan penjelasan tanpa memperdulikan kondisi dan perasaan peserta didik tidak lagi efektif. Guru harus bisa memahami keadaan peserta didik dan menyesuaikan cara mengajar berdasarkan kondisi individual mereka. Oleh karena itu, berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun, menjadi sangat penting dalam pengajaran.
Komunikasi efektif memungkinkan guru untuk memberikan informasi kepada peserta didik secara jelas dan tepat. Dengan begitu, peserta didik lebih mudah dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan. Namun, jika peserta didik tidak memahami dengan jelas, maka akan menimbulkan rasa tidak nyaman dan tidak pede. Rasa malu akan semakin meningkat jika guru hanya menyalahkan peserta didik ketika cara mengajar yang diberikan tidak membuat mereka tersadar akan kesalahannya sendiri. Hal ini akan membuat peserta didik merasa tidak nyaman dan enggan untuk bertanya. Sebagai guru, perlu mempertimbangkan bagaimana cara melontarkan pertanyaan menggunakan kalimat yang ramah dan santun.
Tidak hanya komunikasi efektif saja, tetapi komunikasi empatik juga harus diterapkan. Ini dikarenakan guru harus mampu memahami kondisi dan situasi peserta didik. Dalam melakukan komunikasi empatik, guru harus bisa memahami perasaan dan kebutuhan peserta didik. Dengan memahami keadaan seperti ini, maka guru bisa menentukan bagaimana cara mengajar yang tepat dan memberikan motivasi agar peserta didik lebih terdorong dalam belajar. Dalam menerapkan komunikasi empatik, guru juga harus bisa membuat peserta didik merasa dihargai dan diakui dalam kemampuan mereka.
Selain itu, komunikasi santun juga tidak boleh terlupakan dalam pengajaran. Guru harus mengedepankan nilai-nilai etika yang baik dalam berkomunikasi dengan peserta didik. Menerapkan komunikasi santun berarti guru tidak menggunakan kalimat kasar yang memberikan celaan pada peserta didik. Guru jangan sampai menggunakan kata-kata yang bisa merendahkan harga diri peserta didik, karena jika itu terjadi maka peserta didik akan merasa tidak nyaman dalam kelas atau enggan untuk datang ke kelas.
Dalam menekankan pentingnya komunikasi efektif, empatik, dan santun, guru harus mampu untuk mengenali usia dan karakteristik peserta didik yang berbeda-beda. Setiap usia memiliki tahapan yang berbeda dalam proses perkembangan dan pembelajaran. Sebagai guru, jangan hanya fokus pada materi pelajaran saja tetapi perhatikan juga perkembangan sosial dan psikologis peserta didik. Guru yang baik harus bisa memahami perilaku peserta didik dan bisa membuat tindakan yang tepat dalam menerapkan komunikasi efektif, empatik, dan santun dalam pengajaran.
Terakhir, perlu dipahami bahwa berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun bukan hanya berkaitan dengan pengajaran semata. Tetapi juga mempengaruhi hubungan antara guru dan peserta didik. Dalam menerapkan komunikasi efektif, empatik, dan santun, guru harus bisa menciptakan suasana yang nyaman dan harmonis antara dirinya dan peserta didik. Karena pada akhirnya, seorang guru yang bisa berkomunikasi dengan baik akan bisa mempengaruhi perkembangan peserta didik dalam mencapai tujuan belajar.
Meningkatkan Kesadaran Diri dalam Berkomunikasi dengan Peserta Didik
Berkomunikasi adalah salah satu ketrampilan yang harus dimiliki oleh setiap pendidik. Seorang pendidik yang mampu berkomunikasi dengan peserta didik dengan secara efektif, empatik, dan santun dapat mempermudah pemahaman, membangun relasi kepercayaan, serta memotivasi peserta didik dalam belajar. Oleh karena itu, menjadi penting bagi setiap pendidik untuk meningkatkan kesadaran diri dalam berkomunikasi dengan peserta didik di Indonesia.
Mengenali Diri Sendiri
Sebelum bisa berkomunikasi dengan efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik, seorang pendidik harus terlebih dahulu mengenali diri sendiri. Pengenalan diri menjadi kunci sukses dalam berkomunikasi yang efektif. Seorang pendidik harus bisa memahami kekuatan, kelemahan, dan kemampuan dirinya dalam berkomunikasi. Dengan begitu, seorang pendidik bisa memaksimalkan diri untuk berkomunikasi dengan peserta didik dengan lebih baik.
Pengenalan diri sendiri juga menjadi penting dalam mengembangkan kemampuan empati. Seorang pendidik yang tidak memiliki kemampuan introspeksi akan kesulitan dalam memahami perasaan, kebutuhan, dan tujuan peserta didik. Oleh karena itu, perlu bagi setiap pendidik untuk selalu melakukan refleksi diri agar bisa lebih baik dalam berkomunikasi dengan peserta didik.
Memahami Budaya Lokal
Budaya lokal merupakan identitas suatu daerah atau suku bangsa. Setiap daerah dan suku bangsa di Indonesia memiliki budaya lokal yang berbeda satu sama lain. Sebagai seorang pendidik, penting untuk memahami budaya lokal di daerah tempat bekerja agar bisa berkomunikasi dengan peserta didik secara efektif, empatik, dan santun. Hal ini bertujuan untuk menghindari konflik budaya atau kepentingan dalam proses belajar-mengajar.
Penggunaan bahasa daerah juga bisa menjadi salah satu cara dalam berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik. Dalam beberapa daerah di Indonesia, bahasa daerah dianggap sebagai bahasa asli oleh peserta didik. Oleh karena itu, penggunaan bahasa daerah dapat memperkuat relasi kepercayaan antara pendidik dan peserta didik. Dalam hal ini, penting bagi setiap pendidik untuk memahami bahasa daerah setempat agar bisa memaksimalkan interaksi dengan peserta didik.
Mengembangkan Kemampuan Mendengarkan
Berbicara bukanlah satu-satunya aspek dalam berkomunikasi. Kemampuan mendengarkan juga menjadi hal yang penting dalam berkomunikasi. Seorang pendidik yang baik harus memiliki kemampuan mendengarkan dengan baik dan benar. Hal ini membuat peserta didik merasa terdengar dan dihargai oleh pendidik.
Cara untuk mengembangkan kemampuan mendengarkan adalah dengan memberikan perhatian penuh pada peserta didik. Hindarkan diri dari gangguan saat berbicara dengan peserta didik seperti telepon genggam atau other form of communication. Selain itu, perlu juga bagi seorang pendidik untuk mengajukan pertanyaan yang terbuka agar peserta didik merasa lebih nyaman berbicara. Hal ini juga bisa menjadi cara untuk memahami perasaan, kebutuhan, maupun tujuan peserta didik.
Mengendalikan Emosi
Ada kalanya proses belajar-mengajar tidak berjalan dengan baik. Peserta didik bisa saja tidak fokus, tidak disiplin, atau bahkan tidak merespon ketika dia diajak berkomunikasi oleh pendidik. Hal ini bisa menimbulkan emosi pada pendidik. Namun meski demikian, seorang pendidik harus bisa mengendalikan emosinya agar tidak mempengaruhi proses belajar-mengajar.
Cara mengendalikan emosi saat berkomunikasi dengan peserta didik bisa dilakukan dengan napas dalam-dalam. Selain itu, seorang pendidik juga harus bisa memahami kondisi dan situasi yang terjadi. Dalam hal ini, persepsi positif tentang peserta didik juga dapat membantu dalam mengendalikan emosi. Dengan cara ini, seorang pendidik bisa memiliki kepala yang dingin saat berkomunikasi dengan peserta didik.
Berkomunikasi dengan peserta didik akan menjadi lebih efektif, empatik, dan santun jika pendidik mampu meningkatkan kesadarannya dalam berkomunikasi. Dengan pengenalan diri yang baik, memahami budaya lokal, mengembangkan kemampuan mendengarkan dan mengendalikan emosi, seorang pendidik akan dapat membangun relasi yang baik dengan peserta didik di Indonesia.
Teknik Berkomunikasi yang Efektif dan Santun dengan Peserta Didik
Berbicara efektif dan santun dengan peserta didik adalah keahlian yang sangat penting bagi seorang guru. Dalam interaksi sehari-hari, terkadang kita harus berhadapan dengan situasi yang menantang dan membutuhkan keahlian yang baik agar tidak terjebak dalam kesalahpahaman atau konflik dengan peserta didik. Berikut ini beberapa teknik berkomunikasi yang efektif dan santun dengan peserta didik:
1. Dengarkan Peserta Didik
Kualitas mendengarkan sangat penting ketika ingin membangun hubungan yang baik dengan peserta didik. Jangan hanya sekedar mendengarkan tetapi juga usahakan untuk memahami apa yang sedang disampaikan oleh peserta didik. Cobalah untuk menunjukkan minat dan perhatian ketika peserta didik berbicara dan jangan ragu untuk bertanya jika ada yang belum jelas. Dengarkan pengalaman dan pandangan mereka dengan serius dan jangan terburu-buru untuk memberikan penilaian.
2. Sampaikan Pesan dengan Jelas
Ketika memberikan arahan atau instruksi, pastikan pesan yang Anda sampaikan cukup jelas dan mudah dipahami oleh peserta didik. Hindari penggunaan bahasa yang sulit dipahami atau terlalu teknis sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat terdistorsi atau miskomunikasi. Jika Anda merasa pesan yang ingin disampaikan terlalu panjang, cobalah memecahnya menjadi beberapa bagian sehingga lebih mudah dipahami.
3. Gunakan Bahasa Tubuh yang Baik
Bahasa tubuh sangat penting dalam berkomunikasi dengan peserta didik. Cobalah untuk menggunakan bahasa tubuh yang positif dan memperlihatkan kesan yang positif, seperti senyuman, mata yang menatap, dan bahasa tubuh yang ramah. Hindari bahasa tubuh yang menampakan ketidaksukaan seperti tatapan mata yang kosong atau bahasa tubuh yang terlalu tegang. Jika perlu, berdiri dan melangkah ke depan peserta didik ketika Anda ingin menekankan suatu hal.
Bagaimana teknik berkomunikasi di atas dapat diterapkan dalam kelas? Singkatnya, menjalin hubungan yang efektif dan santun dengan peserta didik memerlukan persiapan, keterbukaan, dan kesediaan untuk mendengarkan dan memahami perspektif mereka. Seorang guru harus mampu menguasai teknik dan strategi terbaik untuk menghadapi keadaan yang sulit sehingga dapat mengelola konflik dengan baik, memahami bakat, dan motivasi siswa untuk merespon pesan secara positif dan menghindari kesalahan umum yang sering dilakukan oleh para guru seperti merespon pesan dengan sikap berlebihan.
Selain itu, bertindak sebagai seorang mentor yang baik dapat membantu guru menjalin hubungan yang efektif dengan peserta didik. sebagai seorang mentor, seorang guru tidak hanya mengajar tetapi juga membimbing peserta didik sehingga mereka merasa dihargai dan didengarkan. Dalam konteks ini, menerapkan teknik berkomunikasi yang efektif dan santun sangat penting dalam membangun hubungan yang baik dan membuat peserta didik merasa dihargai dan didukung dalam proses belajar dan tumbuh kembang mereka.
Kesimpulannya, teknik berkomunikasi yang efektif dan santun sangat diperlukan dalam membina hubungan yang baik dengan peserta didik. Guru yang mampu menguasai teknik dan strategi yang tepat dapat meningkatkan efektivitas dan kualitas pendidikan dengan memahami bakat turunan, motivasi, dan masalah peserta didik. Dalam menjalin hubungan yang efektif dengan peserta didik, diperlukan persiapan, kesediaan untuk mendengarkan, dan kesediaan untuk memahami perspektif mereka. Selain itu, bertindak sebagai seorang mentor yang baik dapat membantu guru menjalin hubungan yang efektif dan santun dengan peserta didik. Semoga informasi ini dapat membantu para guru untuk membangun hubungan yang lebih baik dengan peserta didik dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Mengatasi Tantangan dalam Komunikasi dengan Peserta Didik
Setiap pendidik pasti mengalami tantangan dalam berkomunikasi dengan peserta didik secara efektif, empatik, dan santun. Berikut beberapa tantangan yang sering dihadapi dan bagaimana mengatasinya agar komunikasi dengan peserta didik dapat berjalan dengan lancar.
1. Tantangan Klasik: Peserta didik Yang Tidak Aktif
Sudah menjadi rahasia umum jika ada peserta didik yang cenderung tidak aktif dalam kelas. Mereka tidak ingin berbicara di depan kelas, menanyakan pertanyaan, atau berpartisipasi dalam diskusi kelompok. Hal ini tentu sulit bagimu selaku guru untuk mengkomunikasikan materi secara efektif dengan semua peserta didik. Hal yang dapat dilakukan adalah menunjukkan perhatian bahkan pada peserta didik yang tidak aktif.
Kamu bisa mendekatinya secara individual dalam waktu luang atau meminta maaf jika telanjur membuatnya tidak nyaman dalam beberapa kali pertemuan sebelumnya. Ketika peserta didik merasa dihargai dan dilihat oleh guru, mereka kemungkinan akan merasa lebih nyaman dan mau berbicara di depan kelas. Hindari memberikan tanggapan negatif pada peserta didik yang malu-malu begitu saja, kamu bisa memberikan apresiasi dua jempol jika mereka memberikan jawaban atau hanya sekadar berbicara sedikit.
2. Tantangan Kesalahpahaman
Saat berkomunikasi dengan peserta didik, terkadang kita merasa pesan atau informasi yang disampaikan tidak dipahami dengan sempurna. Peserta didik dapat menafsirkan informasi yang disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Hasilnya, mereka tidak dapat mengerjakan tugas dengan benar atau melakukan kesalahan dalam proses belajar-mengajar.
Untuk mengatasi masalah ini, kamu harus memastikan pesan kamu disampaikan dengan jelas dan terstruktur dengan baik. Ajari peserta didik pada pembuatan kerangka pikiran (mind map), yang dapat membantu mereka memahami esensi dari materi yang kamu sampaikan. Hal lain yang bisa kamu lakukan adalah mengulang kembali konsep penting secara berkala dan mempersilakan peserta didik untuk bertanya jika mereka merasa kesulitan.
3. Tantangan Multikulturalisme
Indonesia terkenal dengan keragaman budayanya yang kaya. Sebagai pendidik, kamu akan bertemu dengan peserta didik yang berasal dari berbagai latar belakang budaya, agama, dan kepercayaan. Tantangan yang muncul adalah kesadaran dan penghargaan akan perbedaan budaya sehingga komunikasi dapat berjalan dengan efektif.
Sebagai langkah awal, kamu dapat belajar mengenai budaya peserta didik dan kepercayaan mereka. Kamu juga dapat memastikan penggunaan bahasa yang tepat dan menghindari stereotip. Berbicara dan bertindak secara terbuka dapat membantu menciptakan lingkungan kelas yang penuh dengan penghargaan dan toleransi.
4. Tantangan Teknologi
Dalam era digital yang semakin maju, interaksi peserta didik dengan teknologi menjadi salah satu tantangan dalam komunikasi. Peserta didik cenderung lebih mudah terdistraksi oleh gadget yang mereka miliki ketimbang mendengarkan atau mengikuti penjelasan yang disampaikan langsung dalam kelas.
Kamu dapat mengajari peserta didik untuk mengenali waktu mereka saat menggunakan media sosial dan gadget mereka dan membantu mereka untuk mengatur penggunaannya dengan baik. Cara lain yang bisa kamu lakukan adalah membuat kelas yang menyenangkan dan menarik menggunakan teknologi, misalnya memberikan tugas terkait dengan aplikasi dan membuat ulasan video tentang pelajaran. Ini akan membantu peserta didik tetap fokus dan tersambung dengan materi pelajaran.
Dalam menghadapi tantangan dalam komunikasi dengan peserta didik, kamu harus tetap tenang, terbuka, dan bertoleransi. Berkomunikasi dengan baik membutuhkan usaha dan kesabaran, tetapi akan sangat baik hasilnya jika kamu mendapatkan hasil yang kamu inginkan. Jadi jangan lelah untuk terus memperbaiki cara berkomunikasimu agar komunikasi dengan peserta didik dapat berjalan dengan efektif, efisien, dan menyenangkan.
Pentingnya Mendengarkan dengan Empati dalam Komunikasi dengan Peserta Didik
Berdasarkan pengalaman pendidikan, konteks pendidikan di Indonesia seringkali ditandai dengan adanya “power dynamic” yang kuat antara guru dan murid. Guru dianggap memiliki wewenang untuk memberikan tugas, pengetahuan, dan menerapkan disiplin. Di sisi lain, peserta didik diharapkan untuk mengikuti arahan dan tunduk pada perintah guru.
Terkadang, dalam interaksi dengan guru, peserta didik merasa enggan untuk mengutarakan aspirasi dan kebutuhan mereka karena takut dianggap sebagai anak yang kurang disiplin. Padahal, sebagai pendidik yang bertanggung jawab, guru harus mampu hadir sebagai sosok yang bisa dipercaya dan terbuka untuk mendengarkan perasaan dan pandangan peserta didik sebagai bagian dari proses belajar. Inilah sebabnya mengapa, pentingnya mendengarkan dengan empati dalam komunikasi dengan peserta didik.
Pendengaran dengan empati merupakan keahlian komunikasi yang penting bagi setiap guru. Seorang guru yang mendengarkan dengan empati bukan hanya mendengarkan apa yang disampaikan, tetapi juga mencoba merasakan apa yang dirasakan oleh peserta didik yang sedang berbicara. Dengan berusaha untuk memahami perspektif peserta didik, guru dapat membangkitkan perasaan aman dan kenyamanan dalam proses belajar mengajar.
Keempat hal yang harus diperhatikan dalam mendengarkan secara empati adalah:
Tenang dalam Mendengarkan
Ketika murid bercerita, anggaplah mereka sedang memberikan pentingnya informasi. Ketika kita menjadi tenang dan memfokuskan perhatian pada mereka, mereka akan merasa diperhatikan dan lebih mudah untuk mengungkapkan perasaan dan pemikiran mereka. Menunjukkan bahwa kita menghargai kehadiran mereka di depan kita sangat penting untuk membangun kepercayaan dan respek dalam komunikasi dengan peserta didik.
Gunakan Bahasa Tubuh yang Tepat
Selain menjadi tenang, penting bahwa kita meninggalkan bahasa tubuh yang positif, seperti tersenyum, berbicara dengan lembut, dan mata yang menatap ke dalam. Bahasa tubuh yang menunjukkan minat, seperti mendekat saat peserta didik berbicara, juga menjadi penanda yang baik dalam keahlian mendengarkan dengan empati.
Bertanya Pertanyaan Terbuka
Selain itu, belajarlah untuk bertanya pertanyaan terbuka untuk memperjelas apa yang mereka maksud atau perlu diungkapkan. Pertanyaan terbuka, yaitu pertanyaan yang dapat menimbulkan jawaban panjang dan lebih spesifik, sangat membantu dalam memahami apa yang disampaikan murid. Dengan mengajukan pertanyaan yang benar, guru dapat menunjukkan bahwa mereka memiliki minat dan keinginan untuk memahami dengan baik apa yang peserta didik sampaikan.
Menerima dan Mengakui Perasaan Murid
Terkadang peserta didik tidak merasa nyaman membuka diri kepada orang lain, apalagi bila mereka merasa sangat marah atau sangat kesal pada sesuatu yang terjadi di dalam dan di luar kelas. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk memberikan perhatian yang tepat pada perasaan peserta didik, memvalidasi apa yang mereka rasakan, dan mencari pemecahan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Memberi Ucapan Terima Kasih pada Peserta Didik
Mengucapkan terima kasih pada mereka setelah mereka berbicara mengindikasikan bahwa kita menghargai pengalaman mereka dan bahwa pendapat serta pemikiran mereka berharga. Ini sangat penting untuk membangkitkan rasa percaya diri mereka dalam merangkul pendapat dan pandangan mereka.
Inti dari setiap strategi mendengarkan dengan empati adalah mengajak peserta didik merasa dihargai, diterima, dan dipahami.
Dalam sebuah interaksi, masing-masing orang memiliki kebutuhan akan pengakuan, perasaan penting, dan inspirasi untuk membuka diri kepada orang lain. Guru harus memiliki kemampuan untuk membuka hati dan kepala mereka dalam proses belajar dan mengajar. Melalui kemampuan ini, peserta didik akan merasa diterima, didengar, dan merasa menjadi bagian dari komunitas belajar yang hangat dan produktif.