Pengertian tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih
Tenaga kerja adalah keadaan suatu negara di mana individu atau orang berada dalam suatu pekerjaan dan menghasilkan penghasilan sebagai sumber kebutuhan kehidupannya. Tenaga kerja dalam suatu negara dapat dikelompokkan menjadi berbagai jenis seperti terdidik, terlatih, atau pun tidak terdidik dan tidak terlatih.
Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah kelompok tenaga kerja yang tidak memiliki pendidikan atau keterampilan yang memadai dalam pekerjaan atau bidang tertentu. Sering kali, tenaga kerja ini ditemukan di sektor informal seperti pedagang kaki lima, tukang parkir, atau pekerja bangunan. Mereka seringkali hanya mengandalkan keahlian alami atau pengalaman sebelumnya dalam pekerjaan mereka tanpa memiliki sertifikat atau pelatihan khusus.
Kategori tenaga kerja yang tidak terdidik dan tidak terlatih ini seringkali merupakan kelompok yang sangat rentan dalam pasar tenaga kerja. Mereka sulit untuk meningkatkan penghasilan dan keamanan kerja mereka, dan seringkali diperlakukan buruk oleh para majikan mereka. Pemerintah Indonesia telah membuat berbagai upaya untuk memperbaiki situasi mereka, termasuk melalui program pelatihan keterampilan dan program bantuan keuangan.
Selain itu, tenaga kerja ini seringkali kurang terbuka terhadap inovasi atau teknologi baru yang lebih efisien. Hal ini menjadi kendala bagi mereka untuk mencari pekerjaan yang lebih baik dan lebih berpenghasilan di masa depan.
Secara keseluruhan, tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih merupakan kelompok yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia dan mereka membutuhkan perhatian lebih dari pemerintah dan masyarakat secara keseluruhan untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam bekerja dan meningkatkan taraf hidup mereka.
Dampak buruk dari penggunaan tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih
Di Indonesia, masih banyak perusahaan atau organisasi yang terkadang menggunakan tenaga kerja yang tidak terdidik dan tidak terlatih, terutama pada sektor informal. Pada dasarnya, penggunaan tenaga kerja tersebut akan membawa dampak buruk bagi pertumbuhan ekonomi, industri, dan masyarakat secara keseluruhan.
Adapun dampak buruk yang dimaksud antara lain :
1. Kualitas hasil kerja rendah dan tidak efisien
Tidak adanya keahlian atau kemampuan khusus yang dimiliki oleh tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih tentu akan berdampak pada kualitas hasil kerja yang dihasilkan. Hal ini akan sangat merugikan bagi perusahaan atau organisasi dalam jangka panjang. Selain itu, efektivitas dan efisiensi waktu bekerja juga akan menjadi terganggu, karena kerja harus diulang-ulang untuk memperbaiki kesalahan yang dilakukan.
2. Tingkat kecelakaan kerja lebih tinggi
Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih cenderung tidak memahami tata cara kerja yang benar dan tidak memiliki pengetahuan yang kuat tentang keselamatan kerja. Oleh karena itu, tingkat kecelakaan kerja pada perusahaan atau organisasi yang menggunakan tenaga kerja tersebut akan lebih tinggi. Kecelakaan kerja tersebut bisa berdampak pada korban jiwa, kerusakan fasilitas, dan kerugian finansial yang tidak sedikit.
Menurut Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia, pada tahun 2020 jumlah kecelakaan kerja mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya, dimana perusahaan yang paling banyak mengalami kecelakaan kerja adalah perusahaan sektor informal atau non formal sebesar 44,37 persen dan sektor pertanian sebesar 23,63 persen.
3. Menurunkan kualitas produk dan jasa
Kualitas produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan atau organisasi yang menggunakan tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih tentu tidak akan memenuhi standar kualitas yang diharapkan konsumen. Hal ini akan menurunkan reputasi perusahaan atau organisasi tersebut dan akan berdampak pada penurunan jumlah penjualan produk atau jasa.
4. Tidak sesuai dengan persyaratan dan standar yang berlaku
Dalam beberapa sektor industri tertentu, perusahaan harus mematuhi persyaratan dan standar yang ditetapkan. Namun, karena tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih sering kali tidak memahami pentingnya persyaratan tersebut, standar dan persyaratan seringkali tidak dipatuhi atau dilanggar. Hal ini bisa berdampak pada sanksi administratif atau finansial dan bahkan bisa mengarah pada pencabutan izin usaha di masa depan.
5. Tidak sesuai dengan perkembangan teknologi
Perkembangan teknologi di dunia industri terus bergerak maju dan meningkat dengan cepat. Oleh karena itu, perusahaan atau organisasi harus terus beradaptasi dengan kemajuan teknologi ini. Padahal, tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih memiliki keterbatasan dalam hal kemampuan untuk memahami perkembangan teknologi dan pengetahuan akan teknologi yang canggih. Jika perusahaan atau organisasi tidak segera beradaptasi dengan teknologi terbaru, maka mereka bisa cepat tertinggal dan bahkan kehilangan peluang usaha baru.
Secara keseluruhan, penggunaan tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih, terutama pada sektor informal, berdampak besar pada pertumbuhan ekonomi, industri, dan masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu, perusahaan atau organisasi harus memperhatikan hal tersebut dan terus berupaya meningkatkan kualitas dan kualifikasi tenaga kerja mereka agar dapat bersaing dan berkembang di masa depan.
10 Contoh Tenaga Kerja Tidak Terdidik dan Tidak Terlatih di Indonesia
Di Indonesia, masih banyak tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih yang bekerja di berbagai sektor. Hal ini terjadi karena minimnya akses pendidikan dan pelatihan yang berkualitas bagi masyarakat. Berikut ini adalah contoh-contoh tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih yang masih banyak ditemui di Indonesia.
1. Buruh Tani
Buruh tani merupakan tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian. Banyak dari mereka yang tidak mempunyai pendidikan formal dan tidak mendapatkan pelatihan khusus dalam bidang pertanian. Sebagian besar dari mereka hanya mengandalkan pengalaman dan pengetahuan turun-temurun dari generasi sebelumnya.
2. Nelayan
Nelayan juga termasuk dalam kategori tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih di Indonesia. Mereka tidak memiliki pengetahuan yang memadai dalam mengelola dan memperbaiki alat tangkap ikan, serta memanfaatkan hasil laut secara maksimal. Hal ini menyebabkan mereka mengalami kesulitan dalam meningkatkan produksi dan pendapatan.
3. Buruh Bangunan
Buruh bangunan adalah tenaga kerja yang bekerja di sektor konstruksi. Banyak dari mereka yang tidak mendapat pelatihan khusus dalam bidang tersebut dan hanya mengandalkan pengalaman kerja secara langsung. Tidak jarang mereka terlibat dalam kecelakaan kerja karena minimnya pengetahuan kesehatan dan keselamatan kerja.
4. Pengemudi Angkutan Umum
Pengemudi angkutan umum seperti angkot, bus, taksi, dan ojek online juga termasuk dalam kategori tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih. Banyak dari mereka yang hanya mengandalkan pengalaman berkendara tanpa memperhatikan aturan lalu lintas dan keselamatan penumpang.
5. Tukang Kayu
Tukang kayu adalah tenaga kerja yang bekerja di sektor pertukangan kayu. Banyak dari mereka yang hanya mengandalkan pengalaman praktik tanpa mempunyai pengetahuan yang cukup dalam bidang tersebut. Hal ini menyebabkan hasil karyanya kurang sempurna dan tidak memenuhi standar kualitas.
6. Tukang Las
Tukang las adalah tenaga kerja yang bekerja di sektor industri manufaktur. Banyak dari mereka yang tidak mempunyai pendidikan formal dan hanya mengandalkan pengalaman praktik. Sebagian besar dari mereka tidak memperhatikan kemungkinan bahaya dan risiko kecelakaan kerja yang dapat terjadi pada diri mereka sendiri maupun orang lain.
7. Penjahit
Penjahit adalah tenaga kerja yang bekerja di sektor fashion dan apparel. Banyak dari mereka yang hanya mengandalkan pengalaman praktik tanpa memahami prinsip dasar fashion design dan pemilihan bahan. Kualitas hasil jahitannya pun tidak selalu memuaskan.
8. Pembantu Rumah Tangga
Pembantu rumah tangga atau ART adalah tenaga kerja yang bekerja di sektor jasa domestik. Banyak dari mereka yang tidak mempunyai pendidikan formal dan tidak mendapat pelatihan khusus dalam bidang tersebut. Sebagian besar dari mereka hanya mengandalkan kemampuan kerja fisik tanpa mempunyai pengetahuan tentang etika kerja dan penanganan barang pecah belah.
9. Tukang Cuci
Tukang cuci adalah tenaga kerja yang bekerja di sektor jasa laundry. Banyak dari mereka yang hanya mengandalkan pengalaman praktik dan tidak mempunyai pengetahuan khusus tentang pemilihan deterjen dan penggunaan mesin cuci. Hal ini menyebabkan hasil cucian tidak bersih dan berbau tidak sedap.
10. Pedagang Kaki Lima
Pedagang kaki lima atau PKL adalah tenaga kerja informal yang berjualan di pinggir jalan. Banyak dari mereka yang tidak mempunyai pendidikan formal dan tidak mengikuti pelatihan khusus dalam bidang perdagangan. Sebagian besar dari mereka hanya mengandalkan pengalaman dagang secara langsung tanpa memperhatikan aspek higienis dan kualitas produk yang dijual.
Dari beberapa contoh di atas, dapat dilihat bahwa masih banyak tenaga kerja yang kurang terdidik dan terlatih di Indonesia. Oleh karena itu, dibutuhkan peran pemerintah dan masyarakat dalam memberikan akses pendidikan dan pelatihan yang berkualitas agar tenaga kerja Indonesia dapat bersaing di era globalisasi.
Solusi untuk mengatasi masalah penggunaan tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih
Masalah penggunaan tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih di Indonesia tidak dapat dianggap sepele. Hal ini menjadi tantangan besar baik bagi pemerintah maupun sektor swasta yang berusaha memaksimalkan potensi sumber daya manusia dalam upaya meraih pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Berikut ini adalah beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut:
1. Program Pelatihan Kerja
Pemerintah dan perusahaan swasta perlu membuka peluang program pelatihan kerja bagi tenaga kerja yang belum terdidik dan terlatih. Program ini dapat membangun keahlian-keahlian yang diperlukan untuk menjalankan pekerjaan tertentu, dan juga memberikan pengetahuan dan keterampilan sehingga mereka dapat beradaptasi dengan cepat di lapangan kerja.
2. Kemitraan Pendidikan Vokasi dan Usaha
Pendidikan vokasi yang relevan dengan kebutuhan pasar dapat menjamin tenaga kerja yang berkualitas dan terdidik. Pemerintah dan sektor swasta dapat bekerja sama dengan membentuk kemitraan antara lembaga pendidikan vokasi dan industri untuk menciptakan program pendidikan yang sesuai dengan permintaan pasar. Program ini akan memastikan lulusannya memiliki keahlian yang dicari oleh industri, dan secara langsung dapat menciptakan lapangan kerja baru.
3. Program Magang
Magang adalah salah satu cara untuk memberikan pengalaman praktis kepada tenaga kerja yang belum terdidik dan terlatih. Program magang memberikan kesempatan bagi mahasiswa atau siswa SMK untuk memiliki pengalaman kerja di dunia nyata sambil mendapat pengajaran yang relevan serta memperoleh koneksi yang bermanfaat untuk masa depan mereka. Program magang yang baik dapat memberikan keterampilan tambahan dan pengalaman kerja yang akan meningkatkan daya saing dan kerja sama dengan industri.
4. Akses Pendidikan dan Keterampilan
Salah satu penyebab masih rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia adalah akses yang terbatas ke sekolah dan fasilitas pendidikan. Solusinya adalah dengan meningkatkan akses ke biaya pendidikan dan keterampilan yang diperlukan melalui beasiswa atau program bantuan keuangan. Pemerintah juga dapat memperbanyak pendirian sekolah, kampus, maupun lembaga pendidikan lainnya terutama di daerah-daerah yang kurang mendapatkan akses pendidikan.
Selain itu, tenaga kerja yang sudah terlatih dan terdidik juga bisa diakses melalui portal online kursus dan pelatihan. Dalam era digital yang semakin berkembang sekarang, pelatihan-pelatihan online dapat diakses dengan mudah, bahkan dari rumah, dan dapat diperoleh dengan biaya yang cukup terjangkau.
5. Sistem Sertifikasi Kompetensi
Sertifikasi kompetensi yang penting bagi bagi tenaga kerja, baik yang sudah terdidik maupun yang belum. Sertifikasi ini menjadi jaminan bahwa tenaga kerja memiliki keterampilan sesuai standar industri, dan juga menunjukkan komitmen untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka. Dalam praktiknya, sertifikasi kompetensi ini dapat diadakan melalui ujian atau pembuktian kecakapan, dan harus diakui oleh lembaga pemerintah atau swasta untuk memastikan kelulusan peserta memenuhi standar industri.
Dalam opini saya, solusi terbaik untuk mengatasi masalah penggunaan tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih di Indonesia adalah dengan menjembatani koneksi antara pemerintah dan industri, serta memperbanyak kesempatan untuk mengakses pendidikan, pelatihan, dan sertifikasi kompetensi. Dengan demikian, tenaga kerja yang belum terlatih dan terdidik dapat meningkatkan kemampuan kerja mereka dan mengejar karier yang lebih berkualitas di masa depan.
Peran Pemerintah dalam Meningkatkan Kualitas Tenaga Kerja di Indonesia
Indonesia jelas memiliki banyak potensi dan sumber daya manusia yang hebat, tetapi masalahnya adalah kualitas dari tenaga kerja kita masih rendah. Banyak orang Indonesia yang tidak memiliki pendidikan dan pelatihan yang cukup untuk meningkatkan keterampilan kerja mereka, sehingga kesempatan untuk memperoleh pekerjaan yang layak sangatlah sulit.
Untuk mengatasi permasalahan ini, peran pemerintah sangatlah penting. Pemerintah harus menjadi penggerak utama untuk meningkatkan kualitas dan keterampilan tenaga kerja di Indonesia. Berikut adalah beberapa peran pemerintah dalam meningkatkan kualitas tenaga kerja di Indonesia:
1. Membangun Lembaga Pelatihan Kerja
Salah satu peran utama pemerintah adalah membuat lembaga pelatihan kerja yang dapat memberikan pelatihan teknis bagi tenaga kerja. Dalam lembaga pelatihan, tenaga kerja akan mempelajari keterampilan dasar yang dibutuhkan untuk suatu pekerjaan, seperti keterampilan komputer, keterampilan memasak, dan keterampilan mekanik.
Dalam lembaga pelatihan tersebut, pemerintah harus memastikan bahwa kurikulum yang diajarkan sesuai dengan kebutuhan pasar yang ada, sehingga tenaga kerja yang lulus dari sana dapat terserap dengan mudah di pasar kerja.
2. Mengevaluasi Program Pendidikan
Pemerintah harus mengevaluasi program pendidikan dan memperbaiki kurikulumnya, sehingga siswa dapat belajar keterampilan yang lebih relevan dengan pasar kerja. Hal ini penting agar siswa dapat meningkatkan kemampuan kerja mereka saat lulus sekolah.
Di samping itu, pemerintah juga harus menciptakan mekanisme yang memungkinkan siswa untuk menggabungkan antara teori dan praktek di dunia kerja. Misalnya, pemerintah dapat menjalin kerjasama dengan perusahaan-perusahaan untuk memberikan siswa kesempatan magang dan melihat lebih dekat proses kerja yang sebenarnya.
3. Meningkatkan Akses terhadap Informasi Karir
Tidak semua orang Indonesia memiliki akses terhadap informasi karir yang baik. Oleh karena itu, peran pemerintah dalam meningkatkan akses terhadap informasi karir sangat penting. Pemerintah harus menyediakan informasi yang jelas tentang jenis pekerjaan yang ada, kualifikasi yang dibutuhkan, dan penghasilan rata-rata yang diperoleh.
Dalam hal ini, pemerintah dapat bekerja sama dengan organisasi dan lembaga swasta untuk membuat platform yang mudah diakses oleh orang-orang Indonesia. Platform tersebut dapat berupa website atau aplikasi mobile yang memberikan informasi tentang kesempatan karir terbaru, teknologi terbaru, peluang tren berupa bisnis, dan aliran industri teranyar.
4. Memberikan Insentif untuk Perusahaan
Karena keterampilan kerja tenaga kerja Indonesia masih relatif rendah, banyak perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan untuk memberikan pelatihan khusus kepada tenaga kerja mereka. Hal ini dapat membebani biaya produktivitas perusahaan dan mengurangi keuntungan. Oleh karena itu, pemerintah dapat memberikan insentif kepada perusahaan yang memberikan pelatihan dan sertifikasi kepada tenaga kerja mereka.
Perusahaan yang menyediakan program pelatihan dan sertifikasi efektif dapat diberikan kredit pajak dan insentif keuangan lainnya sebagai bentuk dorongan.
5. Menciptakan Lingkungan Investasi yang Menguntungkan
Akhirnya, peran pemerintah dalam menciptakan lingkungan investasi yang menguntungkan juga sangatlah penting. Pemerintah harus menciptakan lingkungan hukum dan regulasi yang menguntungkan, sehingga perusahaan dapat berkembang secara organik dan berkontribusi pada ekonomi nasional. Hal ini dapat meningkatkan permintaan atas tenaga kerja yang berkualitas dan bahkan meningkatkan gaji yang ditawarkan.
Di samping itu, pemerintah juga harus memperbaiki infrastruktur dan membuat investasi dalam teknologi dan pendidikan yang akan membantu mengembangkan sumber daya manusia Indonesia secara keseluruhan. Hal ini akan menciptakan sebuah lingkungan oikonomi yang lebih stabil, serta meningkatkan kualitas hidup dari masyarakat Indonesia secara umum.
Semua peran pemerintah di atas sangat penting dalam meningkatkan kualitas tenaga kerja di Indonesia. Masyarakat dan sektor bisnis Indonesia tidak dapat mencapai potensinya tanpa keterampilan dan tenaga kerja yang lebih baik. Oleh karena itu, pemerintah harus menjadi pemimpin dan mendorong naik kualitas tenaga kerja Indonesia agar dapat bersain dan mengikuti perkembangan industri dunia.